WASPADALAH DENGAN PIKIRAN ANDA
Pernahkah
Anda mendengar penyakit GERD? Ya, GERD singkatan dari Gastroesophageal
Reflux Disease. Selain dipicu oleh pola makan dan gaya hidup yang salah,
pikiran memegang peranan penting dalam memicu GERD.
Sesuai judul diatas, betapa pentingnya
menjaga hati dan pikiran, karena pusat dari diri dalam diri kita ada di
kedua hal tersebut. Bagaimana tidak, orang yang tadinya sehat-sehat saja
mendadak bisa menjadi sakit hanya karena terlalu banyak pikiran/stres,
sedih atau shock ketika mendengar berita duka ataupun hal yang
membuatnya kecewa. Seseorang yang mengalami tekanan hidup yang berat
juga bisa menjadi sakit karena terus memikirkan masalah dan belum
menemukan jalan keluar. Pikiran menjadi buntu, kalut, dan frustasi serta
depresi. Jika sudah seperti itu nafsu makanpun hilang, jika nafsu makan
hilang asam lambung meningkat, dan terjadilah sakit maag, nyeri ulu
hati, dan yang lebih parah lagi adalah refluks asam dimana asam lambung
naik ke kerongkongan, tenggorokan jadi berasa seakan ada yang
mengganjal, nafas jadi sesak, susah menelan makanan. Rasanya makanan
yang sudah ditelan tak mau turun ke bawah karena asam lambung yang naik
ke kerongkongan tadi menekan ke atas. Jika sudah over bisa mual dan
muntah cairan asam lambung. Tidak berhenti sampai disitu saja, akan
banyak pantangan makan bagi penderita GERD ini, diantaranya mereka
diharuskan menghindari makanan berlemak seperti aneka seafood, keju,
susu, coklat, mentega, kacang tanah, makanan pedas, asam, kecut, dll.
Efek selanjutnya rasa tidak percaya dirinya pun menurun drastis,
paranoid, serba takut, psikosomatis.
Ada orang yang merasa badannya sakit,
detak jantungnya cepat, nyeri dada sebelah kiri, mulai muncul rasa cemas
berlebihan, “duh kalau sakit jantung gimana ya? Kalau mati gimana ya?”
pikiran negatif pun menghantui, tetapi anehnya ketika dicek EKG
jantungnya baik-baik saja. Lain waktu ia merasa sempoyongan, lemas,
letih, ketika dicek tekanan darahnya normal, semakin bingung lagi,
pemeriksaan dokter menyatakan semua normal tapi mengapa masih ada
perasaan tidak nyaman, badan masih terasa seperti orang sakit beneran.
Lalu kenapa ini? Ada apa sebenarnya dengan saya? Kondisi semacam inilah
yang dinamakan dengan psikosomatis.
Psikosomatis adalah sebuah kondisi di
mana sejumlah konflik psikis atau psikologis dan kecemasan menjadi sebab
dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat
semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada.
Ujung-ujungnya setelah menjalani
pemeriksaan ke dokter ahli mulai beralih datang ke psikiater dan minum
obat penenang. Padahal obat penenang itu tidak boleh dilepas begitu saja
tanpa petunjuk dokter. Selama Anda belum bisa menguasai diri dan
pikiran Anda, obat penenang akan terus diberikan dan jika Anda sudah
bisa menguasai diri barulah dokter akan menurunkan dosisnya. Itulah
kronologinya, semua berawal dari pikiran.
Orang yang stres/ banyak pikiran tidak
bisa menikmati hidup bebas seperti orang sehat. Pikirannya sakit
badannya ikut sakit. Kog bisa? Ya, krn jika sudah sakit seperti itu,
akan banyak pantangan makan. Justru makanan yang enak-enak yang tidak
boleh dimakan. Makanan berlemak makanan yang enak bukan? Inilah yang
saya maksud tidak bisa menikmati. Bisa beli makanan tapi ga bisa makan
makanan itu. Semahal apapun makanan itu mungkin kita bisa membelinya,
tapi kita tidak bisa membeli nikmatnya makan itu karena lambung menolak.
Tuhan itu sayang kepada umatNya, Ia ingin kita menikmati semua
berkat-Nya, Ia ingin kita tetap bersyukur dan bahagia. Tuhan menciptakan
kita dengan pencernaan dan tubuh yang sehat, namun karena pikiran
negatif, beban masalah, kurang bersyukur, kurang berserah, membuat kita
sakit sendiri. Hal-hal yang saya uraikan di atas yang sebenarnya tidak
perlu terjadi jika kita menyerahkan sepenuhnya beban persoalan kita
kepada Tuhan. Berdoa dan berserah kepada pencipta Hidup kita. Kita ini
manusia terbatas, ga bisa menyelesaikan masalah yang besar sendiri tanpa
pimpinan Tuhan. Belajar ikhlas, rileks, agar penyakit-penyakit tidak
mudah mendekat pada kita.
Waktu saya sakit dan karena tidak
kunjung sembuh, semua orang berkata, saya banyak pikiran. Waktu itu saya
sangat tersinggung dan marah. Karena saya merasa saya tidak memikirkan
apa-apa, saya hanya merasa ‘sakit’ tapi tidak ada yang mau mengerti
keluh kesah saya. Waktu saya muntah tiap hari dan saya ke dokter, dokter
bilang itu kebiasaan! Muntah kog kebiasaan? Waktu tenggorokan saya
berasa ada yang mengganjal setiap pagi, dokter bilang, “ah Cuma
perasaan mu saja.” Waktu saya datang ke tabib, dia baru lihat telapak
tangan saya, dia bilang, “banyak pikiran anak ini!” Berhari-hari saya
merenungkan, apa iya saya memang banyak pikiran? Waktu yang menjawab
semuanya. Ketika saya sudah melewati masa ‘sakit’ dan belajar bersyukur,
mendekatkan diri kepada Tuhan, pikiran saya tenang, saya mulai belajar
rileks, tidak terlalu keras kepala jika ada orang yang memberi nasehat,
perlahan-lahan saya mulai merasa sembuh dan akhirnya saya benar-benar
sembuh. Ada seseorang yang mengajarkan kepada saya untuk selalu berkata
positif setiap hari kepada diri saya sendiri. “Jangan bilang kamu takut,
bilang saya berani, saya kuat, saya sehat.” Dan itu saya ucapkan
berulangkali ketika rasa sakit itu datang.
Waktu saya ingin melepaskan
ketergantungan saya pada obat penenang yang dokter berikan, saya memang
tidak konsultasi dokter dulu, ini agak nekad #don’t try this at home”
waktu itu saya memang masih kos sendirian dan uang saya menipis karena
setiap seminggu sekali saya harus merogoh kocek Rp.250.000,- dan saya
harus memutuskan obat itu tiba-tiba, saya merasa sakit banget di sekujur
tubuh saya, oh ini yang namanya ketergantungan obat. Ketika saya masih
minum badan saya rasanya enak. Semangat, segar, tapi ketika waktunya
minum obat saya belum minum, badanku trsiksa rasanya. Ceritanya sudah 2
minggu saya konsumsi penenang yang diberikan dokter, dan obat itu
tinggal sekali minum. Setelah obat itu habis saya ga tau lagi krn uang
saya habis. Jadi saya malam itu memutuskan untuk tidak minum obat lagi.
Tiba-tiba saya ketakutan tidur di kamar kos sendirian, saya keluar kamar
dan masuk kamar temen kos saya. Entah kenapa saya berasa aneh, masa
keluar kamar saja takut? Mandi takut? Jantung saya berdegup kencang,
nyeri semua di lengan tangan kanan-kiri. Saya hanya bisa berdoa kepada
Tuhan, sambil menerima setiap rasa sakit itu. Saya tidak melawan rasa
itu. Butuh 3 hari untuk saya melepaskan ketergantungan obat itu,
akhirnya lepas juga. Ngeri ya? Oleh karena itu sekali lagi, jagalah
pikiran kita masing-masing. Jangan sampai stress berlarut-larut. Agar
apa yang terjadi pada saya menjadi pelajaran berharga untuk kita semua.
Betapa kita harus bersyukur kepada Tuhan
jika masih bisa hidup dengan bebas, mau makan apa saja mau pergi kemana
saja. Sejak saya sakit hingga sudah mulai sembuh namun tetap menjaga
makan. Saya masih belum berani keluar kota. Kadang jika melihat teman
bisa piknik/ rekreasi ke tempat-tempat wisata baik itu di dalam maupun
luar negeri saya hanya bisa menonton saja sambil berharap, kapan ya aku
bisa piknik seperti mereka? saya sudah merasakan dampak negatif dari
pikiran yang tidak mampu saya kendalikan sendiri. Oleh sebab itu jaga
pikiran kita masing-masing. Be positive thinking because it’s good for
all of you. Don’t worry be happy.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam event 'Psychology Giveaway' yang diselenggarakan oleh d'Paresma"